Abstrak : See You Again



Entahlah playlistku sepertinya terkesan kuno dan ketinggalan jaman. Hahaha siapa peduli, yang penting aku bisa mengutarakan perasaanku lewat lagu. Dan sekarang See You Again milik Charlie Puth menemaniku.
Carry on, give me all the strengh i need
To carry on
Bayang bayang manusia masih lalu lalang memenuhi penglihatanku.
"Eh, gue duluan ke kamar ya. Nice to meet you again."
"Me too bro. Kalau ada apa apa gue siap sedia, tenang aja. I'll be miss you bro. Take care, okay. Let's met at the other side of the earth."
"We will bro."
"See you soon"
"See ya'"
Kami berpisah di sini di Lobby, dengan cukup dramatis kita diliatin bule bule dengan pandangan aneh. Sebelumnya kami bberangkulan. Bertukar kontak. "Take care, promise me." "I'll" kami melepaskan pelukan, berjabat tangan. Lalu Azi berlalu ke lift.
Cuma sebentar. Kami tak tahu kapan akan bertemu lagi tapi kami yakin kami akan bertemu lagi.
Arull : hey aku sedang di bea cukai, hahaha
Ifa : tunggu aku
Arull : hah?
Arull : maksud?
Arull : hoi.
Aku mencari taksi dan berlalu ke airport. Dadaku membuncah. Detak jantungku tak karuan. Euforia. Aku sampai di titik puncak bahagiaku. Aku senang sekali.
Tak terasa taksiku sudah berhenti saja di depan airport. Aku beranjak ke tempat tunggu. Ikut berdiri dengan puluhan orang yang menunggu sanak saudaranya datang. Aku bertemu tiga kawanku di sisi lain dunia, bravo.
Arull : Hey maksudnya apa?
Ifa : tunggu saja nanti.
Arull : bea cukainya sibuk sekali di sini
Ifa : sabarlah, always like that
Arull : hah? Ngantri ngambil bagasi lama huh
Yaa aku pun harus sabar menunggu. Bandara ini yang notabenenya salah satu bandara tersibuk, jadi yaa kejadian menunggu lama bukalah hal asing. Sudah hampir setengah jam yang lalu sejak pesan terakhir dari Arull ku terima.
'Huh, memang resiko. Tinggal di kota besar memang menyusahkan. Apa boleh buat.'
'Akh sh*t. Damn it.' Oke aku mulai mengumpat. Maaf.
Aku mencari cari secarik kertas yang mulai lecek dari dalam tasku. Got it. Dan sebuah spidol permanen aku rogoh dari dalam saku celanaku. Hap.
Kutulis nama Arull besar besar di atas kertas tadi. A. R. U. L. L.
Cukup melelahkan menunggu di sini. Senggaknya ga ada acara dorong dorongan atau bahkan saling injak. Amanse. Aman sekali.
Ayolah. Meskipun ini ruangan ber AC, berada di antara kerumunan orang orang membuatku tidak nyaman akibatnya keringatku terus bercucuran. Tapi untungnya kerumunan ini mulai mengecil.
Aku menegak air mineral yang aku bawa di dalam tumbler. Hobi. Aku kurang suka membeli air mineral dalam kemasan, kecuali dalam keadaan terdesak. Aku butuh minum, kalau tidak aku bisa matiii, itu contohnya.
Kebanyakan yang datang adalah bule bule dan keluarga yang hendak liburan. Koper koper besar di seretnya. Kalau aku saat itu cuma membawa satu ransel dan satu koper sedang. Menurutku itu sangat cukup untuk tinggal empat tahun di sini. Yaa notabenenya bajuku memang sedikit jadi semua pakaianku muat di situ. Aku benci belanja. Buatku itu tidak penting sekali.
Oke kembali ke cerita.
Sudah hampir satu jam. Minumku habis astaga.
Dan akhirnya batang hidung Arull pun muncul. Ia bersama seorang wanita dan seorang gadis kecil. She looks very cute, OMG. CUTENESS LEVEL OVER LOAD. Oke aku terlalu mengada ada.
Ia mengernyitkan dahi, alisnya hampir bertautan. Sebuah senyum terkembang di wajahnya. Ia tidak berubah banyak sejak pertama kali kami bertemu, jambang masih saja tumbuh di sekitaran rahanganya. Hanya saja yang berbeda ia sedikit lebih berisi. Tentu saja dia tidak sedang hamil. Plis deh Fa.
Ia menunjuk wajah ku lalu berseru. "IFAA?"
"ARULL" aku reflek ikut berseru.
Kami berjabat tangan, lalu berpelukan.
"Apa kabar kau pemuda?"
"Baik, bagaimana kabarmu wahai perantau?"
Kami melepaskan pelukan lalu tertawa.
"Aku baik sekali anak muda. Oh ya, ini Shinta teman hidupku dan itu Anggi buah hati kami." Katanya sambil merangkul Shinta.
"I'm Ifa." Aku menyodorkan tangan.
"Shinta." Kami berjabat tangan.
"Hi Anggi." Aku mengajak Anggi ber hi 5.
"Bermil mil jauhnya bumi memisahkan, ketemu juga kita di sini setelah belasan tahun. Hahaha."
"Namanya juga takdir. Hahaha." Aku menanggapi pernyataan Arull.
"Daddy, aku lapar."
"Oh ya, di sini ada tempat makan kok. Kebanyakan sih fast food." Kataku.
"Hmm, boleh deh " Arull mengiyakan.
Kami berempat berjalan beriringan. Arull bersama Shinta. Dan aku menggandeng Anggi di depan. Ia bersenandung senang.
Baiklah, aku makan fast food lagi. I'm gonna hurt my self. For me it's a big sin.
Dan kami akhirnya sampai di sebuah restoran fast food. Arull dan keluarga mulai memesan makanan. Yeah his family is very sweet. They are friendly.
"Gak mesen makanan?" Tanya Shinta.
"Umm, es krim aja deh. Hehe. Aku baru makan tadi. Hehe."
"Oke."
Setelah pesananya selesai, kami langsung mencari space untuk berempat.
Yak! Kami dapat di ujung ruangan.
Aku duduk bersama Anggi, dan Arull duduk dengan Shinta.
Es krim Vanila berada di hadapanku, rasanya ingin sekali aku menghabiskannya dalam sekali sendok. Tapi aku bukan orang yang seperti itu. Aku menyendoknya sedikit sedikit. Perlahan. Perlahan. Hmmmm. Ahh. I want it more please. Ingin sekali alu berkata seperti itu.
"Jadi, gimana sekarang?" Arull membuka percakapan.
"Hmm, ya gitu aja sih. Hehe. Aku lagi nyelesein S2, this is my last year. Bulan depan aku di wisuda. Hehe."
"Hebat, kamu Fa." Puji Shinta.
"Ehehehe" aku hanya terkekeh. Situasi canggung membuatku banyak terkekeh. Aneh memang.
"Tante Ifa, london keren ya?" Anggi berkata.
"Aduh, jangan tante. Hehe. Kaka aja. Merasa tua nih. Haha."
"Hahaha. Kamu juga dulu manggil aku Om dulu." Kata Arull menambahkan.
"Wah? Masa sih. Hahaha."
"Iya Anggi, London itu keren. Apa lagi london eye. Seru deh di sini. Tapi Indonesia lebih keren lagi."
"Tante, eh kakak Ifa. Sekolah di sini bayar ga?"
"Hmm, kalau aku sih dibayarin. Soalnya dapet beasiswa. Hehe."
"Ngikutin aku kamu. Hahaha." Arull menanggapi.
"Gimana sih kalian bisa ketemu gitu?" Tanya Shinta.
"Emm panjang ceritanya. Hahaha" aku menjawab asal, sambil mengaduk aduk es krim yang mulai mencair.
"Kita ketemu di sekolahnya Ifa. Kebetulan sama sama bagian dokumentasi. Terus kita tukeran kontak, asalnya cuma buat kirim kiriman foto kegiatan. Eh taunya. Dianya enak diajak ngobrol jadi aja kita jadi sering chatting. Hahaha." Jelas Arull.
"Gak nyangka jadinya kaya gini. Hahaha."
"Hebat banget udah belasan tahun masih kontak."
"Sempet lost contact juga beberapa tahun lalu. Ya kan?"
"Iya hehe, sibuk sekolah aku." Tanggapku.
"Masa mau pindah negara gak bilang bilang." Kata Arull.
"Ya masa iya aku kasih tau. Hahaha. Biar aja tau sendiri."
Suasana lama lama menjadi hangat. Gelak tawa mengisi ruang kosong di antara kami. Asalnya memang tak saling kenal, lama lama menjadi kenal dan mulai terbuka. Bahkan setelah sekian lama ia masih mengingatku. Aku terharu.
Kami sudah selesai makan.
"Gimana? Mau langsung ke hotel?" Tanyaku.
"Iya kayanya gitu, Anggi udah mulai ngantuk keliatannya, hihihi." Jawab Shinta seraya menepuk halus kepala buah hatinya.
"Hmm, aku pikir sampai di sini saja. Thanks for today." Kataku
"Terima kasih kembali, aku pikir hanya bea cukai yang akan menyambut kami. Tapi dugaanku ternyata salah. Kita malah ketemu di sini." Balas Arull.
"I thinks thats all. Take care. Nice to meet you here."
"Me too."
"See you soon, bye bye."
"Byee" sahut Shinta dan Arull.
Anggi menghampiriku dan memeluku erat. "Dont be sad, aku janji akan menemuimu nanti."
Kami bergantian berpelukan. Terakhir aku berjabat tangan dengan Arull.
"Sukses selalu untukmu." Katanya singkat.
"Yeah, hope so. You too."
Kami berpisah di depan bandara. Arull dan keluarga kecilnya menghilang, masuk ke dalam taksi yang akan mengantar mereka ke hotel.
So let the light guide your way hold every memory
As you go and every road you take will always lead you home
Lirik itu mengiang ngiang terus di kepalaku. Membuatku tak sadar.
Tetesan bening itu kembali jatuh, setelah sekian lama. Rasa hangat mengikuti di setiap bulir bulir yang mengalir. Aku menangis. Sudah lama aku tidak seperti ini. Senyum kecil terkembang di wajahku.
New message receive.
Aku segera menghapus jejak hujan dadakan tadi.
OntaMan : heh, lo dmn?
Ifa : gue di bandara,napa?
OntaMan : kirim alamat apartemen lo
Ifa : idih buat apa
OntaMan : tong banyak bacot, kirim aja
Akhirnya aku terpaksa mengirimkan alamat apartemenku pada Rahman. Dasar.
Aku akhirnya mencari taksi untuk kembali. Hoam ngantuk banget nih ah.
Aku tertidur di taksi hingga kurang lebih ketika taksiku mulai mendekat ke boarding houseku.
Aku membayar dengan malas. Berjalan gontai ke lantai atas. Hayah, cape plus ngantuk adudu.
Anak kunci aku masukan ke dalam lubangnya, lalu kuputar dengan malas. Klik! Terbuka.
"Hey" aku tahu itu siapa, Khan.
"Yap"
"There was a man visit your room, about a half hour ago."
"Then?"
"He send you dinner. But, i told him that you were'nt here now. So he give it to me."
"Uhum, okay" aku membuka pintu.
"It's smells good hmmm. Wont you take it?"
"Maybe no. I'll just give it for you."kataku sambil berjalan masuk ke kamar.
"Thank you so much. But wait there is a message here." Ia buru buru memberikan secarik kertas itu padaku.
"Uhuh, ok thanks enjoy your meal." Aku langsung menutup pintu kamar.
Aneh dan menyebalkan. Seketika kantuku hilang dan berubah jadi lapar. Arkh!
But wait. Aku langsung membuka kulkas dan menemukan keresek berisi kare pemberian Khan siang tadi. Penyelamat perut.
Aku memasukan kare ke dalam microwave dan menghangatkanya untuk beberapa saat. Ting!
Kare nya mengepul ngepul hmmm. Liurku sepertinya akan menetes.
Sambil melahap kare yang baru dihangatkan, aku membaca pesan yang dikirim Rahman.
Gimana pizzanya enak? Hahaha
Selamat makan kalau begitu. London bagus juga ya kalau malam.
Tapi Indonesia lebih keren. Gue pengen ke ranu kumbolo lagi, suatu hari. Lo ikut deh keren hahaha.
Hah? Pizza? Oh my. I love pizza more than anything. Aaaaa.
Aku mengabiskan sisa kareku. Menyalakan laptop, dan mentransfer foto foto hari ini. Foto adalah satu satunya media yang membantuku mengingat, berhubung ingatanku yang sedikitnya rapuh.
Di usiaku yang terhitung muda aku adalah orang yang sangat pelupa. Maka itulah alasanku suka memotret.
Sebuah pop up message muncul ketika aku menyambungkan laptopku ke Internet.
You have receive a new message.
Ada email nih.
Pengirimnya tampak familiar. Hmm. Astaga. Ternyata. Aaaah, thanks god. Resume ku diterima. Aku akan magang setahun ke depan dan aku magang di London. It's cool man.
Terima kasih telah mengirimkan resume dan portofolio anda.
Kami sangat terkesan dengan resume anda. Hasil karya anda sangat menarik. Maka dari itu kami memutuskan untuk merekrut anda sebagai karyawan magang di perusahaan kami. Selamat bergabung.
Kira kira begitulah bunyinya. Bertambahlah kebahagiaanku hari ini.
Hidup itu naik turun. Ada yang harus di perjuangkan dan ada juga yang harus berjuang. Ketika semua perjuangan itu sudah lengkap, tinggalah kita meraih apa yang selama ini kita perjuangkan. Tapi ketika kita sedang berada di atas jangan lupa dengan yang ada di bawah. Hahaha. Adudu Ifaa so bijak banget kamu.
Thanks guys. Ini semua berkat kalian, keberadaan kalian adalah penyemangat hidup gue. Hahaha. Pliss deh.
Thanks to siapa ya? Hmm. Buat kalian yang masih ada dan masih menyemangati gue sampai saat ini. Masih berjalan beriringan. Masih bareng bareng. Masih sama sama. Masih saling kontak, walau jarak memisahkan.
See you at the other side of the earth.
Aku berhenti menulis, jam di laptopku menunjukan pukul 12 malam. It's time to bed. Aku simpan diaryku. Laptop aku matikan, begitu juga lampu. Tapi tidak dengan lampu di meja kerjaku. Biar ia menyinari tiga lembar foto berharga tadi, biarkan ia tetap tersinari walau dalam gelap sekalipun.

Komentar

Postingan Populer