Abstrak : Tour leader terkece sebandung katanya, iyaa katanya
Dari setahun perjalananku di sekolah baru, ada 3 hari paling berkesan. 3 Hari di mana untuk ke sekian kalinya aku menapaki Jogja, 3 hari di mana untuk pertama kalinya aku menapaki Jogja dengan teman temanku. Gak banyak yang bisa di ceritain dari sini.
Hanya saja, ada kebahagian besar di balik perjalanan ini. Itu buatku entah buat yang lain, hahaha.
Ini perjalanan malam pertamaku melintasi perbatasan jawa barat. Feel so dramatic. Fyi, aku berada di bis nomor 2 bersama dengan sekitar 40 orang lebih. Kalau aku tidak khilaf ada 5 bis sepertinya.
Kalau boleh jujur ini perjalanan paling tidak rapih yang pernah aku alami. Karena kenyataanya kami melenceng dari jadwal. Sehingga akhirnya borobudur tujuan kami terlewat karena ditakutkan jadwal pulang kami tertunda. Bukan itu sih sebenarnya yang ingin aku ceritakan.
So here we go.
Sore ini aku dan kawan kawanku akan bertolak dari Bandung ke tasik, tujuan kami adalah Jogja. Hari terlihat agak mendung, rintik rintik air hujan mulai berjatuhan, mengenai kaca bis. Deru mesin disel terdengar merdu bagiku perindu jalanan. Sudah berlalu satu tahun sejak terakhir kali aku naik bis untuk mencapai tempat di mana acara perpisahan di laksanakan, itupun hanya 45 menit.
Aku duduk di bangku ke dua dari depan. Menyenangkan bisa dibilang. Ya, walaupun bis belum berjalan sih. Sang pemandu wisata atau tour leader, maju ke depan bis. Ia mengambil mic. Hampir semua penghuni jok belakang memanjangkan lehernya, oh ya aku duduk dengan Diva. Tadinya kami berencana duduk di depan Azi dan Salsa. But too bad, tempat kami keburu di ambil Aurum, ok thats doesnt matter.
"Ehem." sang tour leader mengecek mic. Bagi kami dia sudah tidak asing lagi, karena sudah dua kali ia dan kawan kawanya bersua ke sekolah kami untuk memberikan pembekalan.
"Ya, selamat siang adek adek." sapanya bersamaan dengan mulai bergeraknya bis.
"SIAAAAANGGGGG." jawab kami bagai koor. Sebenernya gak kaya koor sih menurutku, lebih mirip sama toa masjid dekat rumahku, keras dan agak sember.
"Perkenalkan nama kakak, Rahman. Beberapa hari ke depan kakak akan nemenin kalian jalan jalan ke jogja." kira kira begitulah yang aku ingat.
Bis kami terus berjalan sampai akhirnya berhenti di rest area pasteur.
"Kita tunggu bis yang lain ya, yang mau ke toilet boleh turun." begitu katanya.
Beberapa anak turun dari bis, kenyataanya bukan ke toilet malah beli makanan. Ya memang banyak makanan sih di sini tapi favoritku adalah siomay, yaa memang enak tapi harganya terhitung mahal juga, maka aku urungkan niat membeli siomay itu. Hahaha.
Jalur menuju Bandung begitu pula sebaliknya terlihat cenderung sepi, awan abu abu masih mengawang awang, menimbang nimbang untuk hujan lagi atau tidak. Beberapa temanku mulai naik kembali ke bis. Dan sesosok Ubed lewat di sebelahku. Tanganya membawa keresek putih berisi singkong keju.
"Mau fa?" katanya
"Enggak ah, Bed, makasih. Masih agak kenyang, buat Ubed aja. Haha." nama aslinya memang bukan Ubed, tapi dia mirip Ubed, jadi kami panggil dia Ubed.
"Oh ok, kak Rahman mau?" tanyanya polos. Ia hanya tersenyum lalu menggeleng.
Sedikit demi sedikit dari kami mulai masuk , ada yang bawa kresek isi singkong keju, siomay, makanan ringan, akua, dan ada juga yang tidak membawa apa apa tapi ia membawa cerita kalau ia tadi terpeleset di toilet. Bis kembali riuh, mesin kembali dinyalakan.
"Ya, temen temenya tolong di cek satu satu, kalau ada yang masih di luar kasih tau." Setelah itu ia langsung mengabsen kami satu persatu. Semuanya lengkap, bis kami melanjutkan perjalananya.
Banyak dari kami sibuk dengan smartphonenya, dan aku sibuk mengabari orang tuaku. Singkatnya semuanya sibuk sendiri.
Tapi seaslinya kita chatting di grup kelas.
Suara monoton jalan tol mengisi kekosongan, seakan akan menjadi musik pengantar tidur. Tapi sayang sekali aku tidak terbuai.
Rasanya sayang jika harus melewatkan perjalanan ini hanya dengan tertidur. Berbanding terbalik dengan Diva yang tertidur di sampingku, kurang tidur katanya.
Bis kami keluar dari tol, memasuki daerah rancaekek lalu berlalu terus hingga akhirnya keluar dari perbatasan kabupaten Bandung. Sudah jauh sekali rasanya. Huft. Hahaha, aku keluar dari Bandung. Hahaha. Huft. Huft. Huft.
Maka mulai dari sini perjalanan yang lebih panjang mesti ditempuh.
Yaa, ini sudah memasuki waktu maghrib. Bis menepi. Sampai Tasik -katanya. Ini peristirahatan kedua kami, sebelumnya berhenti di sebuah pom bensin.
Kami semua turun untuk menimmati makan malam, baso. Hahaha lucu bukan.
Bagian di sini tidak terlalu penting.
Akhirnya kami melanjutkan perjalanan panjang ini. Sinyal mulai putus putus. Jujur aku tidak terlalu mengingat bagian ini.
Satu hal yang aku yakini yaitu hari sebelum malam itu aku terjaga bersama langit malam yang baru terbangun.
Sirius dan rasi bintang biduk besar. Entahlah aku meyakininya sebagai pertanda baik dan sirius sebagai sebuah kejutan. Bulan sabit seakan tersenyum pada kami. Beberapa dari kami masih ada yang ngobrol tapi lama lama yang terdengar hanya suara dari smartphone juga dengkuran halus dari mereka yang tertidur. Aku ikut terbawa arus tidur masal tapi, benda benda langit itu... seakan memintaku tetap terjaga. Tapi akhirnya aku tertidur dengan posisi paling hina menurtku. Mangap. Itulah yang terjadi ketika aku merasa kelelahan.
Malam itu aku terbangun, sekitar pukul 9 kurang lebih. Masih ada saja yang terjaga, jika aku tidak salah ada Azi, Salma, Ani, dan.. hmm... Safa. Oh ya juga Sofi. Aku iseng menyalakan data internet, voila! Berhasil, internetnya berfungsi. Biarlah ia menyala beberapa waktu biar pesan pesan yang tertunda punya kesempatan masuk.
Hey, aku ingat tempat ini! Aku melewatinya setiap liburan. Hahaha yaelah dari tadi juga sama jalanya sering dilewatin. Tapi di persimpangan ini biasanya aku berbelok ke kanan -Pangandaran. Sedangakn sekarang aku berbelok ke kiri menuju ke perbatasan Jawa Barat dan Tengah.
Kak Rahman berjalan ke belakang, mau tidur pasti. :v .
"Aku ke depan ya." Seruku enta pada siapa. Ia berjalan gontai ke belakang, ngantuk berat dia, hahaha. Aku langsung berjalan ke depan dan sedikit melompat sebelum akhirnya mendarat di kursi terdepan. Wow! Semuanya terlihat keren, hahaha.
"Kak, ikut nge charge lah." Kata Salma.
"Woy Ifa woy, gue pindah. Hahaha."
"Ih pindah, kok aku gak tau. Ikut nge charge lah." Ia memberikan iphone dan chargernya.
"Ih eh, si Ifa mana?" Seru Safa yang bangkit dari dunia smartphonenya.
"Di sini uy." Kataku sambil melambai lambaikan tangan dari depan.
"Oooh...
Eh pindah?"
"Iya Fa."
"Hehe."
"Pak ikut nge charge dong, hehe." Kataku pada sopir.
"Oh itu, buka aja itu." Ia menunjuk dashboard. Oh seriously, i dont get what did u mean?
Sebenarnya aku bisa saja membangunkan seorang supir pengganti yang duduk di kursi dekat pintu itu. Tapi segan aku membangunkanya yang sedang tidur. Akhirnya aku mencoba untuk membukanya sendiri, tapi susah. Keras banget.
Mungkin karena mendengar keributan ini si sopir akhirnya bangun dan membukanya.
"Mau ada de?"
"Ehehe, mau nge charge pa." Aku menyodorkan smartphone dan charger milik Salma.
Ia mencoba memasukanya ke stop kontak, tapi tidak ada respon dari iphone Salma.
"Ma, ma, sal. Kagak nge charge."
"Ih, oh ya udah sini, gak papa."
Aku memberikan kembali iphonenya.
"Fa, eh, bisa nge charge?" Seru Azi dari belakang.
"Kalau si Salma sih kagak."
"HAH?! GAK KEDENGERAN."
"SI SALMA MAH KAGAK BISA!" Dia aga bonge kayanya, ya notabenenya dia hobi banget pake headset dan dengerin lagu dengan volume yang keras.
"Oh, ya udah. Nih cobain." Ia berjalan ke depan.
Karena sudah tahu caranya aku mencobanya sendiri. Oh yeah, feels like engineersta.
Tapi sayang, kayanya stop kontaknya memang gak berfungsi. Ya udah lah.
"Zi, kagak jalan juga." Seruku dari depan.
"Oh ya keun weh."
Aku kembali fokus ke smartphoneku yang tadinya mau di charge juga. Sebenarnya tadi itu cuma longgar cukup diteken lagi dikit pasti bisa, hanya mengingat listrik yang dikeluarkan.
Apa hanya aku yang merasakan kalau duduk di sini seperti menaiki wahana 4 dimensi huh?
Tentu tidak bodoh. Kau hanya tidak mengetahui bahwa kau hidup di dalam dimensi yang lebih kompleks dari pada wahana 4 dimensi itu. Ya kau hanya belum tahu.
Lalu? Apa masalahmu?
It's nor a problem. It's just an explaination. Aku hanya memberi tahu apa yang kau tidak benar benar mengerti, maka aku menyimpan dan memprosesnya.
Boleh juga.
Okay, it's time to take a rest, dude.
Ouh ouh ouh. Tidak sampai aku berkata aku mau tidur.
Cmon, your brain need sleep.
I dont want to miss this thing.
You gotta be kidding me.
I'm not kidding. So, just stop talk with me.
If it's what you want, do it.
Right Now!
Ok, bye.
Absurd emang kedengeranya kalau ada orang macam aku yang suka ngomong sendiri. Mengusir kebosanan aku kembali ke smartphone ku. Bis perlahan memasuki perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sebuah tugu berbentuk stupa menyambut di sisi jalan.
"Udah masuk jateng yah pak?" tanyaku pada sang sopir.
"Iya." jawabnya seraya menganggukan kepala.
"Oh" balasku sambil manggut manggut.
"Kira kira nyampe tempat makan jam berapa pak?" tanyaku lagi
"Yaa, kalau gak berhenti berhenti lagi sih jam 3 subuh udah nyampe dek."
"ooooooooh."
Cilacap. Begitu yang tertulis di google maps. Aku terlalu bosan untuk tidak melakukan hal hal bodoh. Sebenarnya aku bisa saja menanyakan pada sang sopir, lagi. Aku membuka history chatting lama. Entahlah hiburan buatku. Kadang kadang, itulah yang membuatku dengan mudah mendapat inspirasi.
Bis masih berjalan. Kali ini jalur yang di lalui tidak semulus sebelumnya. Jalanya mulai menanjak dan mengecil, tapi jalan ini di lalui mobil mobil besar. Tak heran kenapa jalan ini berlubang. Aku masih terjaga hingga pukul 10. Dan akhirnya aku memilih tidur di pukul 11 malam.
***
3am
Terlalu pagi untuk seorang aku untuk bangun. Tapi keadaan nyatanya memaksa. Bis sudah mulai riuh. Ya maklumin aja, mereka juga satu jenis sama aku, sengklek, gesrek, gila, miring ya sejenis jenis gituanlah.
Abis bersih bersih, yaa berhubung bis kita lagi berhenti di semacam rest area gitu. Aku pagi itu, oh salah dini hari itu bersama Risa memilih untuk jalan jalan keluar bis, masuk bis orang lain nyapa orang ,ya betul euweuh gawe. Di bis pertama aku bertemu Azuki*, Bapak Komite, Ayu dan bermacam macam orang gordes lainya. Kita masuk bis 3 , 4, dan 5. Tapi cuma nonggolin kepala terus teriak HAIII udah gitu kita balik ke bis 2, keluar lagi dan melakukan hal yang sama berkali kali sampe akhirnya Ka Rahman balik ke bis dan nyuruh kita sarapan.
Skip.
Skip.
Skip.
Skip.
Ini hari terakhir kami di Jogja. Sekarang tujuan kami adalah malioboro lalu borobudur lalu pulang.
Jogja ternyata hampir sama dengan Jakarta. Panas dan macet. Ya macet di jam jam tertentu sih. Di sini semuannya terlihat antik, menurutku. Hampir semua sisi kota memiliki ciri masing masing. Seperti di daerah pusat, semuanya terlihat seperti daerah Braga - Asia Afrika di Bandung.
Entah memang panas atau aku terbiasa dengan hawa Bandung yang dingin, aku terus menerus menegak air mineral yang aku bawa sampai akhirnya habis, keringat terus bercucuran.
Sebuah dugaan yang salah kalau kami semua bosan menunggu kemacetan ini. Kalau di pesawat ada in-flight entertainment jangan salah, di sini juga ada hahaha, but i'm not sure enough. Kenyataanya sih cuma sepet sepetan si Ubed sama si Temon, ob sekolah. Tadinya sih korbanya Ubed, lama lama ngerembet hampir ke semua orang. Ya, walau sederhana dan tidak terduga sebagian dari kami sukses tertawa. Hahaha. Hopefully i have a time machine, okay it's not making sense now.
Akhirnya yang terjadi di bis adalah civil war. Emon, Ka Rahman, dan Ubed. Okay, i'm serious this is really not making sense now. The bus get crazier this time.
Skip.
Skip.
Skip.
Pagi ini bis kami sudah melanglang buana di Bandung. Ah, pulang. Di pikir pikir kangen juga sama rumah. Aku menggeliat, lalu bangkit dari tempat duduk. Kameraku masih di saku. Eh, gak ada! Ah! Oh iya kan dipengang.
Aku berjalan ke belakang. Berharap masih ada yang tertidur.
"Heh, mau motret orang tidur ya?" kata Azi.
"Hoho, iyalaah."
"Ngiluan."
Kami bergerilya memotret orang orang yang tertidur.
***
Sudah dua bulan sejak perjalanan itu. Aku menutup aplikasi ACDsee di komputerku. Menarik nafas sejenak sebelum akhirnya aku tertawa kecil.
500mb/ 1500
Aku sedang menunggu download-anku.
Komentar
Posting Komentar
Nama :
E-mail :